Suami Pulang Kerja, Ngeluh Capek. Tapi yang Sebenarnya, Istri Itu Lebih Capek Dari Suami Loh

Benarkah Istri Lebih Capek Dari Suami? Dear Ayah Bunda, Cuma satu kata yang ada di pikiran saya, terkait judul di atas: Yakin?

Sebagai ibu rumahtangga, dulu saya salah satu kubu yang meyakini dan mendemonstrasikan, bahwa laki-laki (suami) pengorbanannya tidak ada seujung kuku seorang wanita (istri). Bayangin aja.. hamil dan melahirkan, dengan diikuti perubahan bentuk tubuh dan baby blues sesudahnya.

Mengasuh anak dengan segala kerepotan, membagi waktu antara pekerjaan dengan keluarga bagi ibu pekerja. Belum tekanan sosial terkait kesehatan anak.
Gemuk tidaknya anak, berprestasi tidaknya anak. Selalu saja dikaitkan dengan peran ibu.
Sedangkan laki-laki? Tanggung jawab utamanya mencari nafkah. Itu saja sudah.
Pergi pagi pulang petang, tanpa tahu apakah di rumah berlangsung perang saudara ataukah banjir bandang.

Ini pula yang dulu membuat saya seriiing sekali merenguti suami saat dia pulang kerja, dan melepasnya kerja di pagi yang masih gelap dengan tangis menganak sungai. Iya,nangis.

Kok tega dia berangkat sepagi ini, dengan meninggalkan Balita-Balita yang saya sendiri sering tidak mampu bersabar atas mereka.

Kok enak bener ya hidupnya? Kalau cuma cari uang juga saya bisa
Coba deh gantian.

Dia di posisiku semingguuu aja. Kira-kira kuat nggak tuh?
Enak aja berangkat cuma bermodal kata “Sabar ya bunda…” Ente kira-kira kalau di rumah kaya ane bisa sabar nggak bro?

Wah.. prasangka saya tentang suami, adalah serba enak dan njomplang dengan semua derita yang saya rasakan.

Derita

Apa iya sih saya menderita?

Lalu saya lihat lagi, rasakan lagi, perhatikan lagi, benarkah saya menderita dan dia jadi penikmat hidup?

Kelihatannya dia bebas bekerja dan meninggalkan jeritan anak yang sering bikin panik.

Tapi saya tidak tahu saja, kalau di kantor jeritan para atasan itu seringkali bikin tensi naik.

Kelihatannya dia bebas bersosial, sedangkan hidup saya hanya seputar rumah, anak, rumah, anak. Itu saja tanpa kesudahan.

Tapi saya tidak tahu saja, dia jenuh juga dengan rutinitas itu. Lingkungan sosial itu pun tidak selalu memberi rasa nyaman

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel